Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Siswa: Langkah Bersejarah Menuju Generasi Emas 2045

Cek Kesehatan Gratis untuk 53,8 Juta Siswa: Langkah Bersejarah Menuju Generasi Emas 2045

CKG Sekolah 2025, Investasi Rp3,4 Triliun untuk SDM Unggul Indonesia Emas--Istimewa.

DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Awal Agustus 2025 menjadi momen bersejarah bagi dunia pendidikan dan kesehatan Indonesia. Pemerintah resmi meluncurkan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) berskala nasional yang menyasar 53,8 juta siswa dari Sabang hingga Merauke.

Dengan anggaran mencapai Rp3,4 triliun, inisiatif ini menjadi program kesehatan terbesar sepanjang sejarah pendidikan Tanah Air.

Di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kedoya Utara, Jakarta Barat, suasana berbeda terasa sejak pagi. Bukan kajian atau tausiyah, melainkan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tim medis.

Santri berbaris rapi, sebagian malu-malu, sebagian lain antusias mencoba alat medis yang diperkenalkan tenaga kesehatan. Semua layanan diberikan tanpa BPJS, tanpa rujukan, dan sepenuhnya gratis.

“Ini bukan hanya untuk santri, bukan juga hanya untuk yang muslim,” tegas Menteri Agama Nasaruddin Umar, memastikan seluruh anak bangsa mendapatkan hak yang sama atas kesehatan.

Fokus pada Pencegahan, Bukan Sekadar Pengobatan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan, program ini adalah langkah strategis menuju paradigma baru kesehatan nasional: dari kuratif (mengobati) menuju preventif (mencegah).

Setelah sebelumnya menyasar anak usia dini (0–6 tahun) dan orang dewasa, kini giliran anak sekolah usia 7–17 tahun yang menjadi target.

Sebanyak 282.317 satuan pendidikan akan disambangi tenaga kesehatan profesional. Pemeriksaan dimulai dari sekolah berasrama. “Sudah dilakukan Cek Kesehatan Gratis di 72 sekolah rakyat,” ujarnya.

Tiga Masalah Utama: Gigi, Mata, dan Kesehatan Mental

Hasil awal pemeriksaan memunculkan fakta yang mengkhawatirkan. “Ternyata banyak anak-anak kita memiliki masalah gigi, mata, dan kecemasan akibat penggunaan gadget,” ungkap Budi Gunadi.

Masalah gigi dapat mengganggu nutrisi dan konsentrasi belajar, gangguan mata kerap dipicu penggunaan gawai berlebihan, sementara kecemasan menjadi alarm serius yang jarang terdeteksi.

Untuk itu, program CKG memasukkan pemeriksaan kesehatan mental sebagai bagian integral dari skrining.

Pemeriksaan Disesuaikan Usia

Menurut Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas, Maria Endang Sumiwi, jenis pemeriksaan disesuaikan dengan jenjang pendidikan.

Untuk siswa SD, fokus pada status gizi, tekanan darah, gigi, mata, hingga kesehatan reproduksi. Siswa SMP dan SMA mendapatkan pemeriksaan tambahan seperti anemia, talasemia, dan hepatitis.

Pendekatan ini diyakini efektif mencegah masalah kesehatan berkembang menjadi gangguan serius yang dapat menghambat prestasi akademik dan tumbuh kembang anak.

Kolaborasi Sekolah, Keluarga, dan Pemerintah

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, menekankan keberhasilan program bergantung pada kolaborasi semua pihak. “Pola hidup sehat harus dijalankan baik sebelum maupun sesudah Cek Kesehatan Gratis,” ujarnya.

Orang tua diharapkan menindaklanjuti hasil pemeriksaan, sementara sekolah berperan sebagai pusat edukasi kesehatan. Pemerintah daerah juga dilibatkan, seperti di Jakarta Selatan, di mana Wali Kota M. Anwar menurunkan personel dari berbagai tingkatan untuk mendukung program.

Harapan Berkelanjutan

Ketua LPAI Jakarta, Kasandra Putranto, mengapresiasi langkah ini dan berharap program berjalan berkesinambungan. Sementara pakar kesehatan Dicky Budiman mengingatkan perlunya integrasi dengan program kesehatan sekolah agar tidak berhenti akibat pergantian pemerintahan.

Dengan visi besar Indonesia Emas 2045, CKG Sekolah 2025 diharapkan melahirkan generasi sehat, cerdas, dan tangguh. “Generasi yang nanti 2045 diharapkan bisa menjadi pemimpin yang membuat negara lebih maju,” kata Adita.

 

Seperti pesan Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Program CKG adalah salah satu cara memastikan 10 pemuda itu sehat jasmani dan rohaninya.

Sumber: