Sanggar Kasuari dan IKBSW Pererat Persaudaraan Suku Wanggom di Boven Digoel

Sanggar Kasuari dan IKBSW Pererat Persaudaraan Suku Wanggom di Boven Digoel

Festival Digoel Jadi Momentum Kebangkitan Seni Budaya Suku Wanggom-Istimewa.-

DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Upaya menjaga persaudaraan dan merawat identitas budaya terus dilakukan oleh masyarakat adat di Kabupaten Boven Digoel. Di tengah arus perubahan zaman yang semakin cepat, ruang kebersamaan dinilai menjadi fondasi penting untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

 

Kesadaran akan pentingnya menjaga ikatan kekeluargaan dan budaya inilah yang mendorong Sanggar Kasuari bersama Ikatan Keluarga Besar Suku Wanggom (IKBSW) menggelar acara makan bersama. Kegiatan tersebut berlangsung di Kantor Demokrat, Tanah Merah, Jumat (13/12), dengan melibatkan warga Suku Wanggom yang bermukim di ibu kota kabupaten.

 

Ketua Sanggar Kasuari Kabupaten Boven Digoel, Elsiti Murumerey, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan mempererat tali persaudaraan sesama Suku Wanggom. Selain itu, acara tersebut juga menjadi bentuk rasa syukur atas keberhasilan Sanggar Kasuari yang turut ambil bagian dalam Festival Digoel yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Papua Selatan bersama Pemerintah Kabupaten Boven Digoel.

 

Menurut Elsiti, penguatan seni dan budaya Suku Wanggom membutuhkan komunikasi yang intens antara marga-marga serta keterlibatan kaum intelektual. Ia menilai, seni dan tarian adat, termasuk bahasa daerah, kini semakin tergerus oleh perkembangan zaman modern.

 

Ia mengakui bahwa sebagai generasi kedua, masih banyak anak muda yang belum mengenal seni, tarian, bahkan bahasa asli Suku Wanggom. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak serius jika upaya pelestarian tidak dilakukan secara berjenjang.

 

“Pesan saya kepada 6 suku besar di Boven Digoel terutama kepada orang tua untuk mengajarkan anak-anak menggunakan bahasa daerah, selain itu kerajinan tangan juga perlu diajarkan. Kalau ini tidak dilakukan maka berjalannya waktu kebudayaan kita akan punah. Ini tugas kita untuk mengangkat budaya dan adat istiadat kita sehingga budaya ini ke depan tetap hidup, karena budaya merupakan jati diri sebagai orang Papua,” ujarnya.

 

Pada kesempatan yang sama, mantan Bupati Boven Digoel, Hengki Yaluwo, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Boven Digoel dan Dinas Pendidikan Provinsi Papua Selatan atas pelaksanaan Festival Digoel. Ia menilai kegiatan tersebut berhasil melibatkan berbagai sanggar dan suku yang ada di Boven Digoel, termasuk Sanggar Kasuari dan Suku Wanggom.

 

Hengki Yaluwo juga mengingatkan bahwa Kabupaten Boven Digoel sebelumnya dikenal memiliki lima suku besar, yakni Mandobo, Muyu, Auyu, Korowai, dan Kombai. Seiring waktu, Suku Wanggom kemudian turut menjadi bagian dari enam suku besar yang ada di wilayah tersebut.

 

Ia mengajak seluruh enam suku besar di Boven Digoel untuk terus bersatu dan mendukung program kerja pemerintah daerah demi kemajuan bersama.

 

“Pada prinsipnya kita semua ada, mulai dari Suku Mandobo, Muyu, Auyu, Korowai, Kombai, dan Suku Wanggom, kita hadir untuk membantu pemerintah daerah,” ujarnya.

 

Lebih lanjut, Hengki berharap pemerintah daerah ke depan dapat lebih meningkatkan kegiatan seni dan budaya dengan melibatkan sanggar-sanggar yang ada. Dukungan anggaran dinilai penting agar sanggar seni di Boven Digoel dapat terus berkembang dan berperan dalam melestarikan budaya kepada generasi berikutnya.

 

“Ke depan saya berharap Pemda Boven Digoel bisa membantu berupa anggaran terhadap kelompok-kelompok sanggar ini supaya mereka bisa mengembangkan seni budaya ini, termasuk melestarikan kebudayaan ini ke generasi berikutnya,” pungkasnya.

Sumber: