OJK: Piutang Pembiayaan Papua Selatan Melonjak 126%, Alat Berat Jadi Kontributor Besar
Papua Selatan Catat Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Tertinggi, OJK Ungkap Pendorong Utamanya-Istimewa.-
DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Pertumbuhan sektor pembiayaan kembali menjadi sorotan setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data terbaru per September 2025. Dari berbagai wilayah di Indonesia, PAPUA SELATAN muncul sebagai daerah dengan kenaikan piutang pembiayaan paling signifikan. Lonjakan ini menarik perhatian, terutama karena terjadi di tengah tekanan ekonomi yang masih terasa di sejumlah sektor.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri multifinance menghadapi berbagai dinamika yang menuntut adaptasi. Namun, data terbaru OJK menunjukkan bahwa geliat pembiayaan tetap bergerak, bahkan di beberapa wilayah tumbuh melampaui ekspektasi. Papuan Selatan menjadi contohnya, di mana pertumbuhan piutang pembiayaan meningkat lebih dari dua kali lipat secara tahunan. Kenaikan tersebut memperlihatkan bagaimana aktivitas ekonomi di wilayah tersebut mulai berkembang, terutama sektor yang berkaitan dengan alat berat.
Kondisi ini memperlihatkan adanya perputaran ekonomi yang cukup dinamis. Meningkatnya kebutuhan pembiayaan dari perusahaan multifinance menunjukkan bahwa proyek-proyek di Papua Selatan berjalan dengan intensif. Fakta ini sekaligus menempatkan wilayah tersebut sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan industri multifinance secara nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK lainnya OJK, Agusman, menegaskan bahwa Papua Selatan menjadi daerah dengan perkembangan paling pesat.
“Per September 2025, Provinsi Papua Selatan mengalami pertumbuhan piutang pembiayaan terbesar, yaitu sebesar 126,49% YoY menjadi Rp696,54 miliar,” ujarnya dalam lembar jawaban RDK Oktober 2025.
Ia mengungkapkan bahwa lonjakan tersebut ditopang oleh meningkatnya penyaluran pembiayaan alat berat.
“Pertumbuhan ini antara lain karena adanya peningkatan penyaluran pembiayaan alat-alat berat yang mencapai Rp351,58 miliar,” katanya.
Secara nasional, penyaluran piutang pembiayaan alat berat juga tercatat tumbuh positif sebesar 9,38% (YoY) menjadi Rp48,24 triliun pada kuartal III/2025. Melihat tren tersebut, OJK tetap optimistis sektor ini akan bertahan kuat hingga akhir tahun.
“Pembiayaan alat berat di industri multifinance diperkirakan akan tumbuh positif hingga akhir tahun 2025 meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti tekanan harga beberapa komoditas,” tutur Agusman.
Optimisme ini tidak hanya terbatas pada pembiayaan alat berat. Agusman juga memperkirakan industri multifinance secara keseluruhan masih memiliki ruang untuk tumbuh pada tahun 2026. Ia menilai peluang ekspansi terbuka lebar, dengan catatan perusahaan mampu memperkuat fondasi bisnis. Karena itu, OJK memberikan sejumlah rekomendasi.
Menurutnya, perusahaan multifinance perlu memperkuat manajemen risiko, mendiversifikasi produk, serta mempercepat transformasi teknologi.
Selain pertumbuhan pembiayaan, OJK turut memastikan bahwa kondisi kesehatan industri tetap terjaga. Agusman menjelaskan bahwa tren non-performing financing (NPF) berada pada level aman.
“Per September 2025, profil risiko industri multifinance terjaga dengan rasio NPF gross tercatat sebesar 2,47%, dan NPF net sebesar 0,84%,” sebutnya.
Begitu juga dengan gearing ratio, yang berada di level 2,17 kali—jauh di bawah batas maksimum 10 kali. Kondisi ini dinilai menunjukkan kinerja industri yang tetap solid.
Secara keseluruhan, piutang pembiayaan industri multifinance pada kuartal III/2025 mencapai Rp507,14 triliun, tumbuh 1,07% (YoY). Dengan capaian tersebut, Papua Selatan kini menjadi wilayah yang patut diperhatikan dalam peta pertumbuhan pembiayaan nasional, terutama karena kontribusi besarnya melalui pertumbuhan piutang pembiayaan yang melonjak signifikan.
Sumber: