BMP Papua Selatan Gelar Dialog Nasionalisme: Pemuda Didorong Jadi Benteng Persatuan

BMP Papua Selatan Gelar Dialog Nasionalisme: Pemuda Didorong Jadi Benteng Persatuan

Sosialisasi Kebangsaan di Merauke: Pemuda Papua Selatan Diminta Tolak Separatis-Istimewa.-

DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Di tengah dinamika sosial dan perubahan zaman yang begitu cepat, generasi muda Papua Selatan kembali diajak untuk memperkuat jati diri kebangsaan. Ajakan ini hadir melalui kegiatan Sosialisasi Kebangsaan yang digelar DPD Barisan Merah Putih (BMP) Papua Selatan di Sunnyday Hotel, Kamis (13/11/2025). Mengusung tema “Perkuat Nasionalisme, Menolak Separatis, acara ini menghadirkan ruang dialog terbuka bagi mahasiswa dan perwakilan organisasi kemahasiswaan dari berbagai kampus di Merauke.

 

Sejak sesi pembukaan, suasana diskusi telah terasa hidup. Para peserta menunjukkan antusias tinggi terhadap isu nasionalisme dan peran pemuda dalam menjaga persatuan bangsa. Melalui pendekatan dialogis, forum ini bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga membuka ruang bagi mahasiswa untuk menguji perspektif dan menggali akar persoalan kebangsaan secara kritis. Dalam konteks Papua Selatan, penguatan nasionalisme menjadi semakin relevan mengingat pentingnya menjaga harmoni di tengah keberagaman.

 

Ketua DPD BMP Papua Selatan, Dr. Esau Hombore, S.STP, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan bahwa menumbuhkan semangat kebangsaan merupakan bagian penting dalam mengisi kemerdekaan. Ia menekankan bahwa generasi muda harus memiliki kesadaran sejak dini untuk menjaga dan merawat persatuan bangsa.

 

Dialog ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain tokoh masyarakat adat Yohan Lanis Mahuze, Wakil Ketua BMP Papua Selatan Marius Kateng, Ketua DPC GMNI Merauke Aldy Makalau, serta Wapresma Universitas Musamus, Sultan Hasanuddin. Berbagai perspektif dari para narasumber tersebut memperkaya pembahasan mengenai penguatan nasionalisme Papua Selatan, terutama dari sisi peran pemuda.

 

Salah satu narasumber, Marius Kateng—tokoh muda yang pernah berada pada jalur berbeda secara ideologi sebelum kembali kepada NKRI—menyampaikan bahwa pendekatan nasionalisme merupakan “fondasi fundamental untuk menolak paham separatis.” Pengalamannya membuat pesan yang disampaikan terasa lebih kuat dan relevan bagi peserta dialog.

 

Dalam wawancara dengan Askara.com, Esau mengungkapkan bahwa keadilan menjadi salah satu pilar penting dalam memperkuat rasa kebangsaan. Menurutnya, negara telah membuka peluang sebesar-besarnya bagi pemuda untuk terlibat dalam pembangunan. Ia juga menegaskan pentingnya pendidikan sebagai kunci untuk memajukan generasi muda Papua Selatan.

 

“Kuncinya adalah pendidikan. Jika pendidikan ini dikelola dengan baik, maka akan membuka cakrawala kita,” ujarnya.

 

Esau menambahkan bahwa kesempatan tidak hanya terbuka di sektor pendidikan, tetapi juga di berbagai sektor lain yang dijamin oleh negara. Hal ini, katanya, harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pemuda untuk meningkatkan kapasitas diri.

 

Forum dialog ini berkembang dinamis dengan sejumlah pertanyaan kritis dari peserta, termasuk mengenai akar munculnya separatisme di Papua, posisi pemuda dalam pembangunan daerah otonomi baru, penyebab kesenjangan pembangunan, hingga upaya mitigasi rasisme. Meski isu-isu yang dibahas tergolong sensitif, peserta sepakat bahwa dialog berjalan elegan dan produktif. Kesimpulan umum yang mengemuka ialah bahwa pemuda harus berani mengambil peran sebagai benteng nasionalisme.

 

Esau dalam kesempatan itu juga menegaskan bahwa pemerintah pusat maupun provinsi kini membuka ruang sangat besar bagi putra-putri Papua. Ia menyoroti berbagai program pemberdayaan, seperti pelatihan keterampilan bagi Orang Asli Papua (OAP) hingga kesempatan kerja yang semakin luas melalui program job fair.

 

“Ketika ruang dibuka, itu kesempatan bagi pemuda untuk berkontribusi. Program pemerintah bisa berjalan optimal jika pemuda mau berkolaborasi dan menyiapkan diri dengan kompetensi yang memadai,” tegas Esau.

 

Menurutnya, manfaat pembangunan nasional, termasuk Proyek Strategis Nasional (PSN), akan lebih dirasakan jika pemuda mempersiapkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Dengan begitu, generasi muda Papua Selatan bukan saja menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi aktor penting dalam pembangunan dan penjaga keutuhan bangsa.

Sumber: