Keluarga Korban Erenius Yirani Tuntut Rp10 Miliar dan Hentikan Satgas TNI di Asmat

Gejolak di Asmat: Kematian Erenius Yirani Bawa Taipot Picu Amarah Warga-Istimewa.-
Agats, Papua Selatan – Suasana duka menyelimuti Kabupaten Asmat setelah kematian Erenius Yirani Bawa Taipot, pemuda berusia 21 tahun yang diduga ditembak anggota Satgas Yonif 123/Rajawali. Peristiwa tragis pada Sabtu (27/9/2025) itu tak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, tetapi juga memicu aksi massa yang berujung pembakaran pos TNI dan penjarahan sejumlah toko di Kota Agats.
Tangis keluarga pecah ketika jasad Erenius ditemukan tergeletak bersimbah darah di kompleks Dolog, Agats. Prosesi pemakaman berlangsung sehari setelahnya, dipenuhi isak tangis, doa, dan seruan adat Papua yang menggema.
Paulus Fatok, mewakili keluarga korban, menyampaikan sejumlah tuntutan di hadapan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum. Tuntutan itu meliputi uang tebus darah sebesar Rp10 miliar, prioritas penerimaan anggota keluarga korban ke TNI/Polri, penegakan hukum tanpa kekerasan terhadap warga yang dipengaruhi alkohol, serta penghentian penugasan Satgas TNI non-organik di Asmat.
“Asmat adalah tanah damai dan tetap setia pada NKRI. Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tegas Paulus Fatok.
Pastor Vesto Fransiskus Labi Maing dari Gereja Paroki Roh Kudus Bayun turut hadir mengiringi pemakaman. Ia menilai kematian Erenius sebagai tragedi yang meninggalkan luka bagi jemaat.
“Paling tidak kehadiran kami masih didengar oleh masyarakat di sini. Kehilangan seperti ini sangat menyedihkan,” ujarnya.
Menurut keterangan sejumlah saksi, Erenius sempat terlihat berjalan sempoyongan dan membawa benda tajam. Upaya warga untuk menenangkannya tidak berhasil, hingga akhirnya pihak TNI turun tangan. Sesaat kemudian, suara tembakan terdengar dan Erenius ditemukan tak bernyawa.
Kabar meninggalnya pemuda tersebut menyulut amarah warga. Ribuan massa bergerak menuju pos Satgas Yonif 123/Rajawali, yang akhirnya terbakar bersama rumah-rumah prajurit. Ledakan diduga berasal dari gudang amunisi yang ikut terbakar.
Kondisi semakin tak terkendali ketika sejumlah toko di Agats ikut dijarah. Abdul Rahman, pemilik toko ponsel Faeyza Cell, mengaku rugi hingga Rp15 juta akibat peristiwa itu.
“Sampai sekarang, kalau ada keributan sedikit saja saya langsung tutup toko. Trauma masih ada,” katanya.
Pasca insiden ini, pemerintah daerah menambah pasukan Brimob untuk menjaga keamanan di Agats. Namun, bayang-bayang ketegangan masih terasa di tengah masyarakat. Keluarga korban berharap penegakan hukum berjalan transparan dan tuntas, agar keadilan benar-benar ditegakkan.
Sumber: