Potensi Perikanan Papua Selatan Tembus 2,2 Juta Ton, Tapi Siapa yang Menikmati?

Dengan potensi perikanan tangkap mencapai 2,2 juta ton per tahun di WPP 718, Papua Selatan menyimpan kekayaan laut luar biasa. --Istimewa.
disway.id Papua Selatan -- Papua Selatan, dengan garis pantainya yang luas dan lautnya yang kaya, menyimpan potensi perikanan luar biasa yang belum sepenuhnya tergarap. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Dr. Agus Suherman, wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 718 yang mencakup wilayah laut Papua Selatan menyumbang angka mencengangkan yakni potensi tangkapan ikan hingga 2,2 juta ton per tahun.
“Dari seluruh wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia, WPP 718 adalah yang paling tinggi potensinya. Dan itu ada di wilayah Papua Selatan,” ujar Agus dalam sambutannya pada Musyawarah Daerah (Musda) I HNSI Papua Selatan yang digelar di Hotel Megaria, Merauke.
Namun, di balik besarnya potensi ini, tersimpan tantangan besar yang belum terpecahkan. Agus menyoroti bagaimana sektor perikanan di Papua Selatan masih terbentur oleh keterbatasan infrastruktur, terutama dalam hal logistik dan tata niaga. Akses terhadap cold storage yang minim, sistem distribusi yang belum terintegrasi, serta logistik yang tidak mendukung menjadi hambatan nyata bagi nelayan lokal untuk bisa meraih manfaat maksimal dari kekayaan laut mereka sendiri.
“Kami melihat peluang besar di WPP 718, tapi peluang ini belum bisa dimanfaatkan optimal karena jalur distribusi terputus, fasilitas penyimpanan terbatas, dan logistik masih lemah,” jelas Agus.
Tak ingin potensi ini hanya menjadi angka di atas kertas atau malah dimanfaatkan oleh pihak luar, HNSI mengusulkan pembentukan koperasi nelayan di setiap kabupaten. Koperasi ini diharapkan bisa menjadi wadah kolektif bagi nelayan untuk mengonsolidasikan kekuatan mereka baik dalam hal produksi, distribusi, maupun akses pasar.
Menurut Agus, koperasi nelayan bukan hanya solusi ekonomi, tapi juga strategi mempertahankan kedaulatan sumber daya alam dari penguasaan pihak luar. “Kalau kita tidak atur dari sekarang, nanti yang ambil untung justru mereka yang datang dengan modal besar dan teknologi lengkap. Sudah waktunya nelayan kita bangkit secara kolektif,” tegasnya.
Melalui HNSI, pembinaan dan pendampingan terhadap koperasi ini akan dilakukan secara intensif. Langkah ini diharapkan bisa membuka jalan bagi transformasi nelayan tradisional menjadi aktor utama dalam rantai industri perikanan.
Potensi perikanan sebesar 2,2 juta ton per tahun bukanlah angka kecil. Di tangan yang tepat dan dengan sistem yang mendukung, angka tersebut bisa menjadi motor penggerak ekonomi daerah, bahkan nasional. Tapi jika dibiarkan tanpa arah, potensi itu bisa menjadi peluang yang menguap begitu saja.
Papua Selatan kini berada di persimpangan penting. Kekayaan laut yang dimiliki bisa menjadi berkah luar biasa asal dikelola oleh tangan-tangan nelayan lokal yang berdaya, bukan hanya oleh mereka yang datang dari luar dengan niat mengeksploitasi.
Sumber: