Kota Agats Bertransformasi: Dari Jalan Kayu ke Beton Ramah Lingkungan

Kota Agats Bertransformasi: Dari Jalan Kayu ke Beton Ramah Lingkungan

Modern dan Tetap Hijau, Agats Perkuat Infrastruktur Tanpa Mengorbankan Alam-Istimewa.-

DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Kota Agats di Kabupaten Asmat, Provinsi PAPUA SELATAN, sejak lama dikenal dengan julukan “kota papan.” Sebutan itu lahir karena karakter kawasan yang bertanah rawa dan berlumpur, sehingga hampir seluruh bangunan, jalan, hingga jembatan dibangun di atas papan kayu. Identitas tersebut melekat kuat dan menjadi ciri khas Agats selama bertahun-tahun.

 

Namun, seiring perkembangan wilayah dan kebutuhan infrastruktur yang lebih kokoh, Agats kini memasuki babak baru pembangunan. Kabupaten Asmat yang resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2022 terus berbenah untuk meninggalkan ketergantungan pada konstruksi kayu dan beralih menuju infrastruktur beton bertulang yang lebih tahan lama. Transformasi ini memperlihatkan arah pembangunan jangka panjang yang lebih terencana.

 

Dalam kunjungan reporter senior RRI Merauke, Jack Resubun, pada Rabu (12/11/2025), Bupati Asmat Tomas Safanpo menjelaskan bahwa perubahan konstruksi ini bukan langkah spontan. Peralihan dari kayu ke beton telah dimulai sejak masa Bupati Yuven Biakai, kemudian diteruskan oleh Bupati berikutnya, Elisa Kambu, yang kini menjabat Gubernur Papua Barat Daya.

 

“Ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Asmat bersifat berkelanjutan, artinya apa yang dikerjakan bupati sebelumnya yang bersifat untuk kepentingan publik maka perlu dilanjutkan oleh kepala daerah berikutnya,” ujar Bupati Tomas Safanpo.

 

Ia menegaskan bahwa pada periode kepemimpinannya, 2024–2029, pembangunan dengan konstruksi beton bertulang akan terus dilanjutkan sebagai upaya memperkuat fondasi kota yang unik ini.

 

Transportasi Ramah Lingkungan: Motor Listrik Jadi Pilihan Utama

 

Karakter geografis Kota Agats turut membentuk pola hidup masyarakatnya. Jalan dan jembatan yang dibangun di atas rawa menciptakan lingkungan yang minim polusi suara dan udara. Dari kondisi ini muncul kebiasaan baru yang positif: penggunaan motor listrik sebagai moda transportasi utama di dalam kota.

 

Selama berada di Agats, tim RRI Merauke mengamati bahwa hampir seluruh mobilitas masyarakat menggunakan motor listrik. Tidak hanya warga umum, tetapi juga aparatur pemerintah, dari kepala dinas hingga kepala daerah.

 

Penggunaan motor listrik ini menghadirkan suasana kota yang lebih hening, bersih, dan nyaman. Udara pagi terasa lebih segar, sebagaimana disampaikan Kepala RRI Merauke, Jack Resubun.
“Kami selama empat hari di Agats merasakan udara segar saat jalan pagi di kawasan hotel Asmat Permai,” ujarnya.

 

Bupati Asmat mendukung penggunaan motor listrik ini karena sesuai dengan kondisi wilayah.
“Selain mengurangi polusi, juga tidak terjadi kebisingan akibat kerasnya bunyi kendaraan,” sebutnya.

 

Ia menambahkan,
“Kami bersyukur bahwa Tuhan memberikan alam seperti ini sehingga kami membangun daerah ini dengan prinsip ramah lingkungan.”

 

Alasan Beralih dari Konstruksi Kayu ke Beton Bertulang

 

Perubahan besar dalam pembangunan jalan dan jembatan di Kota Agats dipilih bukan hanya untuk memperkuat infrastruktur, tetapi juga demi menjaga kelestarian hutan Asmat. Menurut Bupati Tomas Safanpo, penggunaan kayu dalam jumlah besar tidak lagi berkelanjutan.

 

“Bayangkan saja jika kami gunakan kayu maka hanya menunggu kapan hutan Asmat akan gundul karena setiap tahun kebutuhan kayu dalam jumlah yang sangat besar,” jelasnya.

Sumber: