Yakobus dan Harapan untuk Sebastianus: Ketika Cinta Ayah Bertemu Kepedulian Sosial

Yakobus dan Harapan untuk Sebastianus: Ketika Cinta Ayah Bertemu Kepedulian Sosial--Istimewa.
disway.id Papua Selatan -- Masih terekam jelas dalam benak Yakobus, sebuah kalimat singkat namun dalam maknanya, yang diucapkan seorang pastor saat singgah di kampung kecilnya di Distrik Subur, Kabupaten Boven Digoel. Ucapan itu muncul setelah sang pastor melihat kondisi anak laki-laki Yakobus, Sebastianus, yang lahir dengan fisik istimewa bibir sumbing sejak lahir.
Sebastianus kini telah berusia empat belas tahun. Sejak kecil, ia harus berjuang lebih keras daripada anak-anak lainnya hanya untuk hal-hal sederhana: menelan makanan, berbicara, bahkan tersenyum. Seiring bertambahnya usia, rasa percaya dirinya pun sempat goyah. Bagi seorang anak yang tumbuh di lingkungan terbuka, beban psikologis itu terasa berat.
Namun, satu hal yang tidak pernah berubah adalah kasih dari sang ayah. Dalam segala keterbatasan ekonomi, Yakobus tetap berdiri sebagai sosok pelindung, sabar, dan penuh kasih. Ia tak pernah sekalipun menunjukkan penolakan atau keputusasaan.
“Mungkin ini ujian dari Tuhan. Jadi kita tidak ada rasa ragu, jengkel. Kita jaga saja,” ujarnya dengan nada ikhlas, menerima kondisi sang anak sebagai bagian dari kehendak ilahi.
Harapan yang selama ini hanya jadi doa dalam hati akhirnya menemukan jalannya. Saat TSE Group sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang kelapa sawit menggelar kegiatan Corporate Social Contribution (CSC) di SMP Negeri 1 Terek Subur, mereka tanpa sengaja bertemu dengan Sebastianus. Pertemuan itu menjadi awal dari sebuah perubahan besar.
TSE Group memutuskan untuk turun tangan membantu. Mereka memfasilitasi seluruh proses pengobatan Sebastianus dari transportasi, akomodasi, hingga tahap medis. Di RSAL Merauke, Sebastianus menjalani sejumlah pemeriksaan sebelum akhirnya masuk ke meja operasi. Tiga jam di ruang bedah yang mendebarkan berakhir dengan kabar menggembirakan, operasi bibir sumbing itu sukses.
Setelah operasi, Sebastianus dipindahkan ke ruang perawatan untuk menjalani pemulihan selama lima hari. Prosesnya berjalan baik. Rasa lega dan syukur terpancar dari Yakobus, yang tak berhenti mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan.
“Operasi itu berjalan dengan lancar. Saya berterima kasih pada perusahaan dan Tuhan atas semua bantuan yang diberikan, termasuk bantuan uang, bahan makanan, dan obat yang saya juga dapat,” kata Yakobus dengan mata berkaca-kaca.
Bagi TSE Group, langkah ini bukan sekadar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Ini adalah wujud dari nilai-nilai kemanusiaan yang menekankan pentingnya keharmonisan antara dunia usaha dan masyarakat. Bantuan ini bukan hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga membuka jalan baru bagi masa depan Sebastianus lebih percaya diri, lebih siap bersosialisasi, dan lebih bebas dalam menjalani hidup.
Dan bagi Yakobus, ini bukan akhir dari perjuangan. Ini adalah awal dari harapan baru, tempat di mana cinta seorang ayah berpadu dengan tangan-tangan peduli yang datang tanpa diminta, membawa senyum baru untuk anak yang paling ia cintai.
Sumber: