DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Pembangunan infrastruktur kembali menjadi sorotan penting dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional. Di Papua Selatan, langkah nyata tersebut terlihat dari dimulainya pembangunan Jalan Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) Wanam–Muting Segmen II, sebuah proyek strategis yang didorong untuk membuka akses menuju lumbung pangan baru di wilayah timur Indonesia. Proyek ini menunjukkan bagaimana pembangunan jalan tidak hanya sekadar membuka rute baru, tetapi juga menjadi fondasi mobilitas masyarakat, distribusi hasil pertanian, dan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.
PT Hutama Karya (Persero) menjadi salah satu aktor utama dalam proses tersebut. Perusahaan ini baru saja menandatangani kontrak pembangunan ruas jalan sepanjang 80,5 km sebagai bagian dari total panjang 138,5 km proyek KSPP Wanam–Muting. Meski berada di kawasan dengan kondisi alam yang cukup menantang, pembangunan jalan ini digadang menjadi jalur vital yang menghubungkan berbagai sentra produksi pangan di Papua Selatan.
Pembangunan ini juga menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mendukung agenda percepatan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Fokus utamanya adalah memperkuat ketahanan pangan, memperluas infrastruktur, memberdayakan desa, dan membuka lapangan kerja di wilayah yang selama ini minim akses transportasi memadai.
Ruas jalan yang digarap Hutama Karya bersama mitra Kerja Sama Operasi (KSO) ini menghubungkan tiga distrik di Kabupaten Merauke—Ngguti, Kaptel, dan Muting. Kehadiran jalan ini diharapkan menjadi tulang punggung baru bagi pergerakan masyarakat dan logistik pertanian, termasuk akses menuju kawasan pertanian berskala besar yang sedang digarap pemerintah.
Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Roy Rizali Anwar, menegaskan bahwa keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak. “Pembangunan Jalan KSPP Wanam-Muting ini merupakan bagian dari program berkelanjutan Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mewujudkan kemandirian pangan, energi, dan air nasional. Keberhasilan proyek ini bergantung pada sinergi seluruh pihak pelaksana yang diharapkan dapat fokus pada mutu, keselamatan kerja, serta pemberdayaan masyarakat lokal sehingga mendatangkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi Papua Selatan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11/2025).
Dukungan pemerintah juga mendapat respons positif dari Hutama Karya. Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan, Mardiansyah, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan. “Kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum, atas kepercayaan yang diberikan kepada Hutama Karya dalam mengemban proyek strategis nasional ini. Pembangunan ruas Jalan KSPP Wanam-Muting menjadi fondasi penting bagi pengembangan kawasan dan pembukaan potensi ekonomi lokal,” ungkapnya.
Proyek yang ditargetkan selesai pada akhir 2027 ini menghadapi berbagai tantangan teknis. Karakteristik wilayah Papua Selatan yang dikenal memiliki curah hujan tinggi, akses logistik terbatas, hingga kondisi geoteknik berupa gambut, tanah lempung lunak, dan rawa musiman menuntut pendekatan konstruksi yang adaptif. Hutama Karya menegaskan telah menyiapkan langkah strategis, mulai dari metode konstruksi yang disesuaikan hingga koordinasi intensif dengan berbagai pihak di lapangan.
Tidak hanya itu, perusahaan juga tengah mempersiapkan rekayasa engineering secara komprehensif. Pendekatan ini memastikan desain struktur jalan dan jembatan mampu menjawab tantangan teknis yang ada. Ruas jalan sepanjang 80,5 km ini akan menggunakan perkerasan aspal dan dilengkapi tiga jembatan baja masing-masing sepanjang sekitar 80 meter, 100 meter, dan 300 meter. Infrastruktur ini nantinya menjadi jalur utama untuk menghubungkan kawasan pertanian dengan pusat distribusi dan pelabuhan, sehingga mampu mempercepat akses pasar dan menekan biaya logistik.
Pembangunan Jalan KSPP Wanam–Muting juga berkaitan erat dengan program ekstensifikasi pangan nasional. Pengembangan kawasan ini diarahkan untuk mengoptimalkan lahan-lahan baru, termasuk hutan sekunder dan lahan tidur, menjadi areal pertanian produktif bagi komoditas utama seperti padi, jagung, dan kedelai. Nantinya kawasan ini akan ditunjang oleh infrastruktur pertanian modern, mulai dari jaringan irigasi hingga fasilitas produksi.
Hutama Karya memahami bahwa pembangunan kawasan pangan di Papua Selatan sempat menjadi perhatian publik, terutama terkait tata kelola lahan dan pelibatan masyarakat adat. Perusahaan menegaskan bahwa setiap pandangan tersebut harus dimaknai sebagai upaya bersama agar pengembangan KSPP dilakukan secara bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya, HK berkomitmen meminimalkan dampak lingkungan serta menjaga komunikasi terbuka dengan masyarakat lokal.
Mardiansyah menutup dengan menegaskan manfaat jangka panjang dari pembangunan ini. “Melalui pembangunan proyek Jalan KSPP Wanam-Muting ini, bukan sekadar membuka akses transportasi dan konektivitas antarwilayah, tetapi juga memperkuat fondasi ketahanan pangan, mendorong ekonomi daerah, serta menghadirkan pemerataan pembangunan berkelanjutan yang dirasakan langsung oleh masyarakat di Papua,” ujarnya.