BPS: Papua Selatan Catat Inflasi Tertinggi, Aceh Alami Deflasi Terdalam pada November 2025

Senin 01-12-2025,17:35 WIB
Reporter : Aries setianto
Editor : Aries setianto

DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Pergerakan harga di berbagai daerah kembali menunjukkan dinamika menarik menjelang akhir tahun. Laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode November 2025 menggambarkan bahwa tekanan inflasi tidak merata, bahkan memperlihatkan perbedaan signifikan antarwilayah. Kondisi ini menegaskan bahwa setiap provinsi memiliki karakteristik ekonomi dan pola konsumsi yang berbeda, sehingga respons terhadap perubahan harga pun ikut bervariasi.

 

Dari paparan resmi BPS, tercatat 28 provinsi mengalami inflasi, sementara 10 provinsi lainnya justru mencatat deflasi. Situasi tersebut menggambarkan bahwa pada bulan November, stabilitas harga nasional berada dalam kondisi terkendali meskipun terdapat beberapa daerah dengan kenaikan harga yang cukup menonjol.

 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, menyebut Papua Selatan sebagai provinsi dengan inflasi bulanan tertinggi, yakni sebesar 1,69% (mtm). “Inflasi tertinggi terjadi di Papua sebesar 1,69%, dan deflasi terdalam di Aceh sebesar 0,67%,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/12/2025). Sementara itu, Aceh menjadi provinsi dengan deflasi paling dalam, yaitu 0,67%, mencerminkan penurunan harga yang lebih tajam dibanding daerah lain.

 

Jika ditelaah per wilayah, data BPS menunjukkan pergerakan harga yang cukup bervariasi. Di Pulau Sumatera, Lampung dan Kepulauan Bangka Belitung menjadi dua daerah dengan inflasi tertinggi, masing-masing 0,36%, sementara Aceh mencatat deflasi terdalam di pulau tersebut.

 

Untuk Pulau Jawa, inflasi tertinggi berada di tiga provinsi sekaligus: DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Banten, yang masing-masing mencatat angka 0,27%. Jawa Barat menjadi daerah dengan inflasi terendah, yakni 0,16%.

 

Bergeser ke Pulau Sulawesi, Gorontalo menempati posisi tertinggi dengan inflasi 0,24%, sedangkan Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah mengalami deflasi terdalam, masing-masing 0,41%.

 

Di kawasan Bali–Nusra, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat inflasi tertinggi yaitu 0,58%, sementara Nusa Tenggara Barat (NTB) berada pada posisi terendah dengan inflasi 0,34%.

 

Untuk wilayah Maluku–Papua, inflasi kembali dipimpin oleh Papua yang mencapai 1,69%, sedangkan Papua Barat Daya mengalami deflasi tipis sebesar 0,02%.

 

Secara nasional, inflasi Indonesia pada November tercatat 0,17% secara bulanan, sedangkan inflasi tahunan berada di angka 2,72%, sedikit lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Menurut Pudji, beberapa komoditas menjadi pendorong perubahan harga pada periode tersebut. “Harga emas di pasar dunia masih berlanjut sampai November. Tarif angkutan udara mengalami kenaikan di beberapa rute seiring berakhirnya promo dan meningkatnya permintaan jelang akhir tahun. Produksi bawang merah pada November terendah sepanjang 2025,” jelasnya.

 

Laporan BPS tersebut menjadi gambaran penting bagi pemangku kebijakan maupun pelaku usaha dalam memetakan tren ekonomi menjelang akhir tahun. Dengan pergerakan harga yang beragam di setiap provinsi, strategi pengendalian inflasi ke depan perlu disesuaikan dengan karakteristik daerah untuk menjaga stabilitas harga secara lebih efektif.

Kategori :