DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Gelaran Porprov Papua Selatan 2025 resmi berakhir, namun gema semangat para atlet dan penyelenggara masih terasa kuat di GOR Hiad Sai Merauke. Selama hampir satu pekan, ribuan peserta dari empat kabupaten berkumpul, bukan hanya untuk bertanding, tetapi juga menunjukkan wajah olahraga Papua Selatan yang sedang bertumbuh. Ajang ini seakan menjadi panggung evaluasi, sekaligus momentum mengukur kesiapan daerah dalam membangun prestasi dan tata kelola event olahraga ke depan.
Meski berlangsung meriah, Porprov II Papua Selatan tahun ini tetap menyisakan pekerjaan besar. Hal itulah yang kembali ditegaskan Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, saat memimpin prosesi pemadaman obor Porprov dalam acara penutupan pada Sabtu (29/11). Suasana hening sesaat ketika obor dipadamkan, seolah menandai dimulainya babak baru: tahap penyelesaian administrasi, evaluasi, dan pembenahan menyeluruh.
Di hadapan para atlet, ofisial, dan panitia, Safanpo menyampaikan pesan tegas agar KONI Papua Selatan dan panitia pelaksana segera menyelesaikan administrasi Porprov secara tertib. Menurutnya, ketertiban administrasi adalah fondasi penting menuju tata kelola olahraga yang profesional. Selain itu, hasil evaluasi menjadi dasar penyusunan strategi peningkatan prestasi pada event berikutnya.
Porprov II Papua Selatan 2025 sendiri diikuti 1.059 peserta, terdiri dari 812 atlet, 131 ofisial, dan 116 pelatih. Seluruh peserta berasal dari empat kabupaten: Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digoel. Mereka bertanding di 12 venue untuk memperebutkan 1.340 medali: 412 emas, 516 perak, dan 412 perunggu.
Hasil akhir menempatkan Merauke sebagai juara umum dengan raihan 43 emas, 38 perak, dan 27 perunggu. Asmat menyusul di posisi kedua dengan total 83 medali. Mappi berada di peringkat ketiga, sementara Boven Digoel harus puas di posisi keempat. Trofi juara umum diberikan langsung oleh Gubernur Safanpo kepada kontingen Merauke.
Dalam sambutannya, Safanpo mengungkapkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi dunia olahraga Papua Selatan. Salah satunya minimnya infrastruktur yang memenuhi standar, sehingga hanya 13 cabang olahraga yang dapat dipertandingkan tahun ini. Ia juga menekankan pentingnya pembinaan atlet melalui sistem pelatihan berkelanjutan, baik melalui sekolah maupun pendidikan dan pelatihan khusus, agar ke depan lahir lebih banyak atlet muda yang mampu bersaing di tingkat lebih tinggi.
Dengan berakhirnya Porprov Papua Selatan 2025, pemerintah provinsi menaruh harapan besar bahwa ajang ini menjadi pemicu peningkatan pembinaan serta percepatan pembangunan sarana olahraga di seluruh kabupaten. Evaluasi yang dilakukan setelah event menjadi pijakan penting menuju penyelenggaraan yang lebih besar dan lebih matang pada masa mendatang.