DISWAY.ID PAPUA SELATAN - Pembangunan kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Provinsi Papua Selatan. Di tengah persiapan menuju hadirnya berbagai industri baru, kebutuhan terhadap tenaga kerja terampil semakin mendesak untuk dipenuhi sejak dini. Karena itu, penataan program pelatihan tenaga kerja dianggap sebagai langkah strategis agar masyarakat lokal tidak hanya siap bersaing, tetapi juga dapat mengambil peran dalam perkembangan ekonomi daerah.
Dorongan untuk memperkuat kompetensi tenaga kerja ini kembali ditegaskan oleh Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo. Ia menilai bahwa pelatihan yang dilakukan pemerintah tidak boleh berjalan tanpa arah. Setiap langkah harus disusun sesuai kebutuhan industri, sehingga tenaga kerja yang dibentuk benar-benar siap mengisi ruang pekerjaan yang muncul di daerah tersebut.
Menurut Gubernur Safanpo, penataan program pelatihan tenaga kerja menjadi fondasi penting dalam memastikan masyarakat Papua Selatan tidak menjadi penonton di tanahnya sendiri. Perencanaan pelatihan yang tepat akan memberi manfaat jangka panjang, baik bagi individu maupun daerah secara keseluruhan.
“Pelatihan atau perencanaan yang kita lakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi dinas tenaga kerja harus menata tahap pertama yang mesti kita latih skill untuk keperluan apa,” kata Gubernur Safanpo kepada wartawan di Hotel Swiss-Bell, Senin (24/11).
Ia mencontohkan, jika pabrik pengolahan gula dari bahan baku tebu sudah beroperasi pada tahun 2026, maka tenaga kerja yang disiapkan sejak sekarang harus memiliki kemampuan untuk mengoperasikan pabrik tersebut. Kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan industri menjadi kunci agar tenaga kerja lokal dapat terserap secara optimal.
“Tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin jonder berbeda lagi. Instrukturnya beda, teknologinya beda, dan kompetensi yang dibutuhkan juga berbeda,” ujarnya.
Gubernur Safanpo menegaskan bahwa pendekatan serupa juga berlaku untuk semua bidang kompetensi lainnya. Karena itu, pemerintah akan menyusun pelatihan tenaga kerja secara bertahap, mengikuti kebutuhan sektor industri yang sedang berkembang. Jika saat ini kebutuhan lebih besar pada bidang engineering, maka pelatihan harus fokus ke bidang tersebut.
“Alatnya berbeda, teknologinya berbeda, sistem kerjanya berbeda, manajemennya juga berbeda. Karena itu, Disnaker harus menata tahap pertama pelatihan, dimulai dari menentukan keterampilan apa yang dibutuhkan,” katanya.
Namun ia mengakui bahwa fasilitas di Balai Latihan Kerja (BLK) Papua Selatan masih terbatas. Saat ini, BLK baru menyediakan fasilitas pelatihan untuk penggergajian kayu, konstruksi kayu, dan konstruksi baja. Karena itu, penyesuaian kebutuhan kompetensi tenaga kerja harus semakin diperkuat agar pelatihan yang dilakukan benar-benar tepat sasaran.
“Kita harus melatih orang sesuai kompetensi yang memang kita butuhkan,” tegasnya.