disway.id Papua Selatan -- PGRI Provinsi Papua Selatan menandai tonggak sejarah baru dalam dunia pendidikan Indonesia timur dengan menyelenggarakan Konferensi Daerah (Konferda) pertamanya pada tahun 2025. Langkah ini menjadi simbol komitmen kuat untuk memperkuat posisi guru sebagai ujung tombak pendidikan di kawasan perbatasan yang sarat tantangan.
Rangkaian kegiatan Konferda ini diawali dengan penyambutan istimewa bagi delegasi dari Pengurus Pusat PGRI yang datang langsung ke Merauke. Sambutan hangat para pengurus kabupaten dari empat wilayah Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digoel terlihat saat delegasi tiba di Bandara Mopah Merauke. Kehadiran mereka disambut secara adat dan penuh hormat, termasuk pengalungan bunga dan penyambutan di ruang VIP sebelum melanjutkan perjalanan ke Hotel Swiss-Belhotel Merauke, tempat para tamu menginap.
Konferda kali ini bukan sekadar acara seremonial. Agenda utamanya adalah membahas arah kebijakan strategis dan memperkuat struktur organisasi PGRI Provinsi Papua Selatan agar mampu menjawab kebutuhan nyata para guru di lapangan.
Profesor Supardi, mewakili Pengurus Pusat PGRI, menekankan pentingnya peran guru di wilayah perbatasan. Menurutnya, guru bukan hanya pendidik, tetapi juga penjaga semangat kebangsaan di tengah keterbatasan. “Wilayah perbatasan adalah wajah NKRI. Guru harus menjadi pelopor nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan geografis dan keterbatasan fasilitas,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa PGRI pusat terus berupaya melakukan terobosan agar para guru di wilayah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) tetap dapat menjalankan tugasnya secara profesional dan bermartabat. Penguatan organisasi melalui kepengurusan provinsi dianggap sebagai bagian dari amanat AD/ART, dan sangat krusial untuk memastikan perjuangan para guru tidak berjalan sendiri.
Lebih dari itu, PGRI Provinsi Papua Selatan diharapkan mampu menjadi motor penggerak perubahan. Bukan hanya membentuk kepengurusan formal, tetapi juga menciptakan kepemimpinan yang responsif, kolaboratif, dan mampu memperjuangkan hak serta kesejahteraan guru.
“Konferda ini semestinya melahirkan pemimpin yang tidak hanya memahami organisasi, tetapi juga memahami denyut nadi para guru di lapangan,” kata Supardi.
Melalui konferensi ini, PGRI ingin memastikan bahwa pendidikan di Papua Selatan tidak tertinggal. Kehadiran organisasi profesi guru yang kuat, terstruktur, dan berorientasi pada solusi diharapkan mampu mempercepat pemerataan pendidikan di tanah Papua.
Langkah ini menjadi cerminan nyata bahwa PGRI bukan hanya ada di pusat, tetapi hadir hingga ke ujung-ujung negeri di mana guru tetap berdiri tegak, membawa misi mencerdaskan bangsa.